KARAKTER GENERASI MUDA RUSAK???
SIAPA YANG SALAH??
Indra Lesmana
Generasi milenial
adalah sebutan untuk generasi yang dilahirkan pada abad ke-21 atau yang biasa
disebut dengan generasi melek teknologi. Generasi milenial disebut generasi
melek teknologi dikarenakan pada masa ini teknologi sudah mengalami
perkembangan sangat pesat serta masyarakat sudah gencar-gencarnya menggunakan
teknologi dalam kehidupan sehari-hari tanpa adanya batasan usia, hal tersebut merupakan
dampak dari adanya globalisasi. Penggunaan teknologi tidak hanya digunakan
dalam hidup bermasyarakat saja, melainkan juga sudah diterapkan di bidang
pendidikan. Seperti dalam hal kegiatan mengajar guru menggunakan alat bantu audio
visual untuk menyampaikan materi pembelajaran di kelas, untuk mengetahui
kehadiran pendidik dan tenaga kependidikan sudah diterapkan penggunaan mesin
e-presensi serta kegiatan inventarisasi sarana dan prasarana juga dapat
dikerjakan dengan menggunakan komputer, hal tersebut merupakan contoh sebagian
kecil wujud penerapan teknologi dalam pendidikan. Pada dasarnya dengan adanya
teknologi diharapkan dapat memudahkan manusia dalam mengerjakan segala hal tanpa
membuat manusia menghilangkan sikap anti sosial terhadap manusia lainnya.
Adanya teknologi juga
memudahkan siswa dalam mencari referensi belajar sendiri, seperti kita tahu
penerapan kurikulum 2013 (K-13) dimana siswa dituntut aktif dalam kegiatan
pembelajaran yang biasa disebut dengan pembelajaran scientific dan guru berperan sebagai fasilitator. Penerapan K-13
sendiri juga bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada siswa untuk
mengkolaborasikan temuan dengan teori dibantu oleh guru sehingga nantinya siswa
mendapat pemahaman akan temuannya. Namun masih saja kita temui penyimpangan
yang dilakukan guru dalam menerapkan K-13, terkadang guru memanfaatkan waktu untuk
kegiatan pribadi, menganggap bahwa siswa dapat belajar sendiri meskipun guru
tidak hadir secara intensif di kelas. Hal tersebut juga terkadang menjadikan
guru kurang peduli akan perkembangan siswanya. Penggunaan IT dalam pembelajaran
terkadang juga menjadi permasalahan bagi internal organisasi. Pendidik yang
sudah memasuki usia lanjut terkadang merasa malas untuk diajak belajar mengenai
penggunaan IT merasa lebih nyaman menggunakan metode ceramah.
Perkembangan teknologi
ini jelasnya selain membawa dampak positif juga ada dampak negatifnya. Terutama
dampaknya terhadap peserta didik, penyalahgunaan IT sering kerap terjadi dikalangan
peserta didik yang akhirnya terjadilah kasus-kasus tindak asusila. Permasalahan
tersebut dikarenakan tidak adanya pengawasan yang ketat oleh orang tua sehingga
memudahkan siswa untuk mengakses konten pornografi, menirukan gaya hidup negara
lain, menghilangkan budaya lokal dengan adanya budaya asing serta nantinya akan
lahir sikap individualis yang tinggi karena menganggap semua dapat dikerjakan
dan diakses sendiri melalui teknologi IT. Hal tersebutlah yang menjadi permasalahan
terbesar mengenai pendidikan karakter anak bangsa di negeri ini, banyaknya
siswa yang mudah mengoperasikan teknologi IT tanpa adanya pengawasan yang ketat
dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan hingga sampai dapat melukai
seseorang. Seperti kita tahu bahwa pendidikan karakter merupakan pondasi
kehidupan yang nantinya akan mencerminkan kepribadian setiap orang yang
diperoleh dari lingkungan keluarga maupun lingkungan sekitar yang tidak lepas
dari nilai norma, agama dan susila. Seiring berkembangnya zaman karakter anak
bangsa ini mulai pudar dikikis oleh adanya teknologi IT dan budaya asing.
Seperti baru-baru ini
kasus terjadi yang merupakan akibat dari penggunaan teknologi IT yang kurang
bijak dan juga melalui kasus tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan karakter
anak bangsa kita lemah. Kasus Audrey yang masih hangat di telinga kita mengenai
kasus bullying melalui media sosial
yang menyebabkan terjadinya tindak kekerasan yang menimpa salah satu pihak
korban hingga dilarikan ke rumah sakit. Jika dipandang dari sudut audit
manajemen pendidikan permasalahan ini terjadi akibat tidak adanya kontrol yang
ketat oleh orang tua kepada anak dalam menggunakan teknolgi. Orang tua
setidaknya harus selalu terus memantau perkembangan anaknya, setidaknya bisa
dilakukan dengan cara selalu menanyakan kegiatan apa saja yang dilakukan ketika
disekolah, sediakan waktu sharing
untuk keluarga, pembatasan waktu dalam mengoperasikan handphone.
Langkah tersebut
nantinya dapat menjadi solusi bagi orangtua untuk senantiasa selalu dekat
dengan anak terutama untuk mengetahui perkembangannya. Orang tua setidaknya
harus pandai dalam mendidik anak serta harus dapat menciptakan lingkungan yang
baik mengingat pendidikan pertama yang diperoleh anak yaitu pendidikan
nonformal melalui keluarga dan lingkungan sekitar. Pendidikan pertama kali
melalui keluarga setidaknya orangtua harus menanamkan pendidikan karakter sejak
dini, seperti halnya kita tau bahwa terdapat 5 nilai pendidikan karakter yang
merupakan konversi dari 18 nilai yang meliputi nilai religius, integritas,
mandiri, nasionalis dan gotong royong. Adanya pendidikan karakter ini bertujuan
untuk membentuk manusia yang memiliki kepribadian yang baik yang nantinya
menjadi bekal dalam hidup bermasyarakat, tidak hanya sampai itu pendidikan
karakter juga harus dipupuk pada jenjang pendidikan formal melalui lembaga
pendidikan.
Guru adalah sosok
penting dalam menanamkan pendidikan karakter kepada siswa, karena tugas guru
sendiri tidak sebatas menyampaikan materi pembelajaran saja tapi juga mendidik
siswa agar nantinya mempunyai karakter yang beradap. Kepala sekolah sebagai
pemimpin setidaknya harus senantiasa memantau kinerja guru dalam mengajar,
selalu memberikan penilaian kinerja, serta melakukan supervisi terhadap guru
yang membutuhkan. Hal tersebut dilakukan agar guru benar-benar profesional
dalam hal mengajar dan langkah ini dilakukan agar guru senantiasa siap dan
cepat mengikuti perkembangan zaman terutama dalam pengumpulan
informasi-informasi yang nantinya dapat membantu guru dalam menentukan model
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi saat itu. Meskipun ada teknologi
canggih sekalipun jika guru sigap dan cerdas dalam menggunakan, nantinya dalam
menanamkan pendidikan karakter akan lebih mudah dan cepat diterima oleh siswa
bahwa nilai-nilai karakter itu penting dalam hidup bermasyarakat.
Terjadinya kasus
kekerasan pada siswa dikarenakan tidak adanya penilaian kinerja yang dilakukan
oleh kepala sekolah. Hal ini semakin menjadikan guru leluasa untuk lalai dalam
tugasnya sebagai pendidik. Kepala sekolah setidakya melakukan penilaian kinerja
secara berkala dengan tujuan untuk mengetahui kinerja setiap guru di sekolah
yang dipimpinnya. Ketika ada guru yang kurang efektif dalam melaksanakan
tugasnya, kepala sekolah sebagai manajer pendidikan sudah selayaknya melakukan
supervisi kepada guru ataupun guru bisa diikutsertakan kegiatan diklat, workshop, seminar dan MGM. Adapun solusi
yang ditawarkan dilihat sudut pandang audit manajemen mengenai pendidikan
karakter yang mulai lemah di kalangan generasi muda yaitu kepala sekolah selalu
melaksanakan penilaian kinerja guru secara berkala, adakan rapat koordinasi
membahas RPP yang dibuat oleh setiap guru, mengadakan pelatihan mengenai
penggunaan IT secara berkala baik dilakukan di internal sekolah maupun
eksternal, menerapkan sistem keterbukaan jika siswa ingin menyampaikan
aspirasinya, mengadakan kajian yang membahas tentang agama dan norma untuk
siswa. Solusi tersebut dapat dijadikan rekomendasi bagi setiap sekolah namun
juga harus disesuaikan dengan kondisi sekolah sendiri, sehingga nantinya
diharapkan dapat membentuk pendidikan yang lebih baik terutama dalam
pembentukan karakter generasi muda. Tidak lupa juga peran orang tua harus
senantiasa mengikuti perkembangan anaknya baik dalam segi akademik maupun non
akademik. Kesimpulan yang dapat diambil dari sini yaitu jika orang tua peka
terhadap anaknya dan guru sigap dan profesioanal dalam menyikapi perkembangan
teknologi tidak akan terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh
siswanya.
0 komentar
Posting Komentar